PDKT part 1

Aaaakk.. Bukan, gue nggak ketiban compressor bengkel atau kejepit lift Indomaret kok. Gue lagi semangat nulis karena banyak respon menarik di komentar box. Selain itu, banyak orang keren yang komentar disana. Gimana semangat gue nggak bertambah ? Jujur pertama kali gue nulis itu rasanya capek :') Udah nulis banyak tapi nggak ada yang komentar. Namun, demi memenuhi permintaan kamu aku rela ngelakuin apa aja. Asalkan itu bisa bikin kamu kuat puasa, dan tetep bahagia sampai berbuka.

Sebenernya gue pengen orang-orang keren tadi ikut nimbrung dan nyemangatin. Gue bakal seneng banget kalau @irvinalioni si empunya Kancut Keblenger juga ikut nimbrung soal cin-cah (red : cinta). Tapi terakhir kali gue stalking timelinenya ternyata dia lagi galau. Dia udah ngejalanin tahun ketiga puasa tanpa siapa-siapa. Gue juga ikut sedih kak, kita senasib *tos*.

Supaya kamu nggak ikut sedih juga karena ditinggal mantan, gue mau bahas artikel tentang "Cara Kenalan 100% Ampuh Dunia Nyata, Dunia Maya, Maupun Dunia Lain (FIXED BUGS)" Uwuwuw ~ Judulnya absurd banget. Ini semua gue lakuin karena requestnya Faizal, temen blogger gue dari Kota Pahlawan. Keuntungan lainnya gue bisa instropeksi diri dan belajar PDKT lagi. Maklum aja, gue udah jomblo beberapa bulan. Sudah lupa bagaimana caranya berkenalan karena terikat di dalam kenangan. 

Next..

PDKT bukanlah hal yang mudah. Hal ini berlaku untuk semua orang, termasuk gue. Selalu ada aja rintangan yang datang di saat niat gue udah memuncak. Yap, tepatnya untuk berkenalan. Sekolah dan Bokap gue nggak pernah ngajarin cara berkenalan dengan orang yang spesial. 

Pacaran sama temen itu gampang, karena sudah saling mengenal satu sama lain. Tetapi bagaimana cara berkenalan dengan orang yang tidak pernah gue kenal ? Sedangkan dia sudah menebarkan pesonannya dan menanamkan benih-benih cinta di hati.

Sebut saja dia cilla. Gue udah berulang kali bahas tentang cilla disini. Cilla itu bukan nama salah satu bakteri, atau alat geraknya. Dia adalah mantan yang berada di dalam kenangan. Mantan emang nggak harus dilupain, kadang gue instrospeksi diri dari kesalahan di masa lalu. Yaitu dengan cara mengenang kisah-kisah yang telah usang. Memang kadang menyakitkan, but no pain no games. Dua hal itu yang menyemangati gue belajar tentang cinta.

Cilla (nama samaran) bukan makhluk astral dalam hidup gue. Kami berdua pernah satu sekolah, namun tidak saling mengenal dekat. Alhasil mau nggak mau gue harus kenalan lagi deh sama dia. 

Semua itu berawal dari BBM. Dulu Cilla seneng banget ngegambar. Kebetulan gue juga lagi seneng gambar karena kenal Bang Jojon (@yulianzone) dan kawancut lainnya yang juga penggemar artwork. Hasrat laki-laki gue tiba-tiba muncul karena kelamaan ngejomblo. Masa sih, gue dari dulu satu sekolah tapi nggak pernah macarin dia. Berawal dari iseng dan chat gue yang nggak banget.

"Itu gambar kamu ?"
"Iya :) kenapa ?"
"Nggakpapa, bagus aja hehe" Cewek emang paling seneng dipuji.
"Hehe. Makasih :)" Tuh kan gue bilang juga apa.

Gue bersyukur chat gue nggak nyelimur, ternyata dia asik diajak ngobrol. Lalu semuanya berlanjut ke tahap perkenalan. Kenalan di BBM tidaklah mudah, apalagi kenalan lewat sms yang nggak ada display picturenya. Biasanya perkenalan di sms itu berujung tragis, gue suka sedih bacanya.

"Hai kenalan dong.." Dua hari yang lalu.
"Kok nggak dibales sih ?" Kemarin.
"Bales dong." 5 Jam yang lalu.
"Kamu udah tidur ya ? Yaudah sleeptight." Sekarang.

Re : "KAMU MASIH HIDUP ?" Nyess.. Jleb banget balasannya.

Oleh karena itu gue nggak mau kenalan lewat sms, kalau dia bukan temen dari temen gue. Sedangkan kenalan melalui BBM lebih mudah, karena ada display picture-nya. Setidaknya gue nggak pakai fotonya Justin Bieber atau Patrick Star yang lagi mainin resleting celana. Namun karena display name gue yang kepanjangan, Cilla bingung mau manggil gue siapa. Entah "Kang Ojeg Pengkolan" atau "Fadhli Imoet-Imoet".

"Hmm aku bingung mau manggil kamu siapa, fadhli, abdurrahman atau zaky ?"
"Panggil sayang juga nggakpapa :)" Anjir gue ngetik apaan tadi.
"Hah ? Haha iya..."
"Atau honey, baby, sweety =))" Buset dah itu judul lagu kali.

Ternyata responnya cilla bagus banget, umpan lambung gue diterima dengan baik. Mungkin karena dp dan image gue nggak mencolok matanya. Setan di kiri gue bilang "Udah lo kan jarang-jarang ketemu cewek kayak gini." tapi malaikat di hati gue bilang "Jangan, kasian mantan kamu masih berharap balikan lho." Kedua bisikan busuk itu bikin telinga gue panas. Gue bingung harus ngapain. Akhirnya cilla gue masukin ke dalam list PDKT. Setidaknya masih ada cadangan kalau mantan gue jadian duluan.

Seperti PDKT lainnya, gue menggunakan rumus FORM (Family, Occupation, Religion, M-nya lupa itu juga kalau bener). Dengan cara ini gue nggak pernah kehabisan bahan obrolan. Lagian juga kami berdua belum pernah berkenalan sebelumnya. Jadi masih banyak topik yang bisa dibuat ngobrol.

Gue kadang capek nanggapin Cilla. Dia tuh lucu, periang, sedangkan gue anak yang pendiam. Pernah waktu itu gue lagi istirahat pulang les, dan dia masih ngajak mesra-mesraan. Dia nanya gue lagi dimana, kenapa nggak bales bbm. Gue merasa bersalah ngebales BBMnya dengan kata yang singkat, padat dan jelas.

"Cil aku capek, aku mau istirahat !"
"Oh yaudah maaf, goodnight ya :)"
"Besok pagi jangan lupa BBM lagi.." Ini harapan Cilla.

Gue nggak nyangka kalau dia baik banget. Gue belum pernah ketemu cewek yang nggak ngambek kalau dicuekin, perhatian meskipun gue nggak nyariin. Tapi gue sih mikir kalau itu cara PDKT gue aja yang berhasil. Serta gue nggak berlebihan dalam mengejarnya.

Temen-temen, Orangtua, dan Sahabat gue pernah bilang kalau kenalan itu biasa aja. Gue nggak boleh terlalu show off sama dia. Sengebet-ngebetnya gue jadian, tetep harus tahu diri. Ternyata semua itu bener, semakin gue show off semakin dia takut. Wajar lah dia kan belum pernah kenal sama gue. Orang lain juga takut kalau tiba-tiba ada yang sayang sama dia, padahal nggak pernah kenal sebelumnya.

***

Langkah pertama berhasil, gue harus melaju ke tahap berikutnya. Gue harus ketemuan sama Cilla. Kebetulan Cilla lagi sendirian di rumah neneknya. Jadi gue bisa PDKT tanpa grogi, dan keringat berlebih. 

Telepon gue berdering, Cilla memastikan gue jadi kerumahnya atau nggak. Saat itu pertama kalinya ada cewek yang nelpon gue duluan. Gue gugup banget, meskipun pacaran udah berulang kali tapi gue nggak pernah telpon-telponan. Selain itu juga banyak temen gue yang lagi kerja kelompok. Gue nggak tega, karena mereka lagi pada ngejomblo. Gue nggak tega ngelangkahin temen-temen gue duluan.

Tapi apa boleh buat, gue angkat aja teleponnya. Siapa tahu dia ngasih kuis berhadiah. Satu.. dua.. tiga.. Kriiingg..

"Haloo.. Iya passwordnya mbak ?" Aduh gue kebanyakan nonton kuis.
"Emm.. Kamu jadi kerumahku nggak ?" Suara dia manja banget, kayak lagi bobo cantik di kasur.
"I..iiya jadi, habis ini aku kerumahmu."
"Hmm yaudah. Daah *ketjup mesrah*" Cilla menutup teleponnya.

Gue langsung menjadi sorotan utama dari temen-temen gue. Mereka tiba-tiba hening dan sibuk menanyakan siapa gerangan yang ada di telepon. Ada yang nanya gue ikutan kuis atau bukan. Ada juga yang suka rese gangguin orang teleponan "Fad rokoknya matiin fad.." atau "Fad.. lo nggak pakai celana fad ?". Beruntung Cilla masih bobo cantik di kasur, jadi dia nggak ngedengerin apa yang temen gue bilang.

Setelah kami berdua telponan, gue nanya alamatnya ke temen gue. Ternyata rumah neneknya Cilla nggak jauh dari tempat gue berada. Gue nggak lupa ngecek udah ngupil atau belum dan udah boker atau belum. Gue takut aja lagi asik-asik ngobrol terus  Cilla bilang.

"Ehhmm itu upil kamu offside ?"
"Ohh iya maaf aku belum ngupil hehe --" Keringat dingin bercucuran.
"Yaudah ngupil dulu gih, mau pakai jari aku ?"
"Boleh.. boleh.."
*srooottt* Cilla menusukan stik bilyard ke lubang hidung gue.

Halusinasi gue emang suka over kalau lagi panik, apalagi soal cinta. Gue langsung pamit minta doa restu temen-temen. Mereka berdoa semoga gue sukses. Gue cuma bisa senyum-senyum, dan bingung karena gue izin orangtua buat ke rumah temen. Bukannya malah ke rumah Cilla. But it's okay, the show must go on.

Beberapa menit kemudian gue udah deket dari gang rumahnya. Hari itu jalanan lagi sepi-sepinya. Orang-orang udah capek menuh-menuhin jalan. Setelah nanya alamat sama kang bakso, gue sampai di depan rumahnya. Sayangnya, gue lupa nggak bawain bakso juga.

"Aku udah di depan nih.."
"Cil.. bales"

Muncullah sesosok perempuan dari lubang pintu. Gue kira itu adiknya yang masih SD. Ternyata Cilla itu lebih mungil dari fotonya. Cilla juga masih pakai piyama, perkiraan gue dia belum mandi pagi. Cewek mana sih yang nggak males mandi kalau lagi liburan.

"Kamu baru bangun tidur ?"
"Hehe iyaa.." Cilla ngucek-ngucek matanya.
"Belum mandi kan ?" Aduh gue sksd banget.
"Hee siapa bilang, udah dong. Yaudah masuk yuk."

Kemudian kita berdua masuk ke dalam. Inget ini bukan adegan cerita dewasa atau sejenisnya. Jadi buang pikiran-pikiran negatif tentang itu. Seperti biasa gue menggunakan rumus form. Yang pertama family.

"Jadi nenek kamu mana ?" Gue pengen ketemu Cilla atau neneknya ? Bego banget.
"Rumah nenek aku di seberang, tapi ini rumahnya juga."
"Ohh jadi kamu disini sendirian ?"
"Sama mama sih, ada pembantu juga."
"Oh gitu.."
"Kamu mau minum apa ? Lupa bikinin minum aku hehe maaf  ya."

Beberapa menit kemudian minumnya jadi. Tapi Cilla malah ngajak taruhan sirup buatannya kemanisan atau nggak. Tebakan gue bener, sirupnya kemanisan. Kayaknya dia grogi banget ketemu gue. Gue harus bikin dia ketawa dan terlihat lucu. Misalnya seperti ini :

"Jadi nenek kamu udah tua ?"
"Nggak nenek aku masih 18 tahun."
"Ohh dia yang suka kongkow lucu di sevel itu kan ?"
"Yang mana ?"
"Yang suka pake satria fu nungging itu nenek kamu bukan ?" 

Kemudian gue disiram sirup marjan.

"Itu kan kakek aku.. Hih!"

Rumus yang kedua adalah Occupation. Semua orang punya pekerjaan. Misalnya : Pelajar, Selebtwit, Kang Cendol, Kang Bubur Naik Haji. Menurut gue dengan menanyakan kerjaan dia, menunjukkan kalau gue perhatian. Gue ingin terlibat di dalamnya.

"Kamu kalau sekolah pakai seragam ?"
"Biasanya sih pakai bikini."
"Oh gitu. Emang ada yang mau liat ?" Gue ditabok high heels.

Kebetulan Cilla lagi kebingungan mau nulis artikel buat tugas sekolah. Temanya nggak jauh-jauh dari perjuangan. Menurut gue sih itu simple, cowok kan nggak pernah repot. Cewek bisa hebring dan heboh sana-sini cuma soal cerpen. Dia minta gue ngebantuin tugasnya, tapi gue malah ikutan bingung.

"Habis ini kamu kemana ?" Tanya Cilla.
"Aku mau ke rumah temen aku ngambil buku, terus les."
"Kamu hari ini les juga ?"
"Iyaa"
"Hmm sama. Tapi males.. hari Sabtu kok les." Ini modus Cilla supaya bisa lama-lama sama gue.
"..."
 "Yaudah aku mandi dulu ya."

Gue suka heran sama anak yang males les. Padahal Orangtuanya udah susah-susah cari duit, daftarin anaknya ke tempat les supaya jadi lebih baik. Tapi anaknya malah begitu. Jujur gue masih sayang Orangtua dan belum ngebahagiaain mereka. Gue nggak mau nakal-nakal yang membuat Orangtua cepet mati. Kalau kata @masmblo "Keep calm and sayang emaks bangetss!"

***

Cilla yang ngakunya dijemput bokap, malah minta gue yang nganterin. Gue sih tahu ini modus lagi supaya bisa jalan bareng alias first date. Tapi kalau dipikir-pikir, waktunya udah mepet. Beberapa jam lagi gue ada les, mau gue bawa kemana nih anak.

"Yuk berangkat.." Cilla udah rapih habis mandi.
"... Katanya dijemput papamu ?"
"Iya.. tapi ngga disini."
"Yaudah jalan aja yuk ah."
"Kita mau kemana ?"
"Kemana aja yang penting aku jangan diculik." Dia sok imut banget sih.
"Karungnya nggak bakalan muat kali hehe."
"Haha iya, aku juga makannya banyak."

Begitulah percakapan kami berdua sepanjang jalan. Kadang penuh tawa, kadang hening. Sampailah pada perempatan jalan.

"Kamu nggak pakai helm ?"
"I..iya ngga ada sih."
"Kamu kalau ketilang aku tinggal ya." Gumam gue.

Gue juga bego, mau aja dia ngikut tanpa helm. Untungnya gue udah ngecheat anak presiden, jadi bisa lewat like a boss. Entahlah, polisinya mungkin terlalu capek dan Tuhan masih mengizinkan. Gue balik lagi ke rumah temen untuk ngambil tugas. Sampai sana malah disindir abis-abisan, dan kepikiran juga buat minjem helm.

Gue dan temen-temen pamit pulang. Temen-temen gue pulang, kami berdua kencan.

*Cilla misuh*
"Kamu kenapa ?"
"Itu ada mantan aku.." Dia ngumpet di punggung gue.
"Ohh haha."

Ternyata mantannya kayak paku, suka bertebaran di jalan.

Gue nggak ada firasat buruk apa-apa selama di perjalanan. Waktu yang mepet membuat gue bingung harus pergi kemana. Gue inget Cilla lagi butuh artikel perjuangan. Akhirnya kami berdua ke toko buku, siapa tahu dapet inspirasi. Gue juga pengen lihat-lihat novel kawancut yang udah diterbitin. Tapi waktu itu #DigitalLoveKK belum nongol, dan belum dibuat.

Sesampainya di Gramedia, kami berdua masuk dengan santai. Gue nggak punya firasat apa-apa. Gue juga lupa ngecek dompet gue masih ada di kantong atau nggak. Ketika gue meraba kantong, aduh rasanya enak banget. Namun dewi fortuna sudah berkhianat, kantong gue nggak ada isinya. Itu berarti dompet gue ketinggalan di parkiran. 

Aaahhh!!! Ini parah banget. Pesonanya Cilla bikin gue kayak dihipnotis atau emang gue cowok yang lemah. Semoga bukan lemah syahwat. Tapi berdasarkan survei, cewek lebih suka cowok yang kalem. Walau kejatuhan durian runtuh sekalipun. Gue mencoba untuk tetep kalem dihadapannya.

"Dompet aku kayaknya ketinggalan di parkiran deh.." Gue stay cool banget.
"Masa sih ? Coba kamu cek dulu, tadi ditaruh dimana ?"
*Gue ngegrepe-grepe tas gue sendiri.*
"Tuh kan ngga ada.. Udah yuk kebawah dulu." Gue mulai panik.

Kami berdua kembali ke parkiran, dan memastikan dompet unyu-unyu itu masih ada di dashboard motor. Gue masih tetep kalem dan berjalan perlahan. Sampai di parkiran, gue terus berdoa dompet itu masih ada. Satu.. dua.. tiga.. Njiir dashboard gue kosong. Gue ngebuka jok, siapa tahu gue tadi naruh disitu. Tapi semuanya percuma, dompet gue lenyap.

Gue sedih banget. Udah mantan gue ilang, fotonya juga ilang. Gue emang aneh, malah mikirin foto mantan. Seharusnya gue mikirin bagaimana cara keluar dari parkiran tanpa STNK dan Karcis Parkir. Gue udah muter otak sampai ngebul, dan bau sangit. Salah satu caranya adalah dompet gue harus kembali.

Mungkin gue kebanyakan bercanda, sampai Tuhan ngajak gue bercanda juga. Gue masih ketawa-ketawa dan senyum. Temen-temen gue yang ngajarin semua itu dalam menghadapi masalah. Sementara Cilla mulai panik, yang terlihat dari gerak-geriknya. Pikiran gue semakin aneh, mungkin mantan gue belum ikhlas dan masih berharap buat balikan.

Gue mulai mengintrogasi security disana satu persatu. Sebenernya jawabannya udah bisa ditebak, pasti nggak ada yang ngeliat. Security juga manusia, bukan malaikat. Gue malah disuruh tanya ke pos sana, pos sini. Lapor kesana, lapor kesini bolak-balik kayak setrikaan.

Kami berdua cuma bisa sabar, dan memutuskan untuk istirahat sebentar. Suasana waktu itu lagi panas banget. Basement emang nggak pernah adem ayem. Keringet gue bercucuran karena panik. Kemudian Cilla mengeluarkan tissue dari tasnya dan ngelapin keringet gue yang netes-netes. Gue malah mikir kalau dia ngambil tisu dari toilet karena bentuknya tissue gulung. Dalam hati gue bersyukur, masih ada aja momen romantis di dalam kesempitan. Tapi tetep aja, kalau gue yang cerita nggak bakalan romantis.

"Hmm maaf ya.. ini semua gara-gara aku."
"Nggakpapa kok" Gue masih bisa senyum, jarang-jarang ada cowok begini.
"Nggakpapa apanya, dompetmu ilang kan gara-gara aku ?"
"..." Kenapa jadi dia yang nyolot.
"Nanti aku beliin dompet lagi deeh." Cilla modus lagi.
"Heemm gausah." Gue lagi  mikir keras supaya dia bisa pulang dengan selamat.

Kami berdua kembali survive ditengah padatnya orang-orang ngabisin duit. Gue kembali ke Gramedia untuk laporan kehilangan. Kemudian berlanjut ke pusat informasi, sampai mangkel karena dicuekin.

"Mas mau laporan kehilangan.."
"..." Hening.
"Masss.."
"Mas nya.." Cilla berbicara, dan petugas pusat informasi noleh.

Sial gue di kadalin.

"Mas mau laporan kehilangan.."
"Kehilangan apa ? Sebentar saya catat."
"Dompet."
"Warna ?"
"Cokelat." Saking paniknya gue lupa kalau dompet gue itu ungu.
"Ada Merk ?"
"Planet O-ce-an" Gue kalau panik nggak bisa ngomong dengan benar.
"Planet Ousien ?"

Waktu berhenti seketika, gue berasa lagi ngomong sama native speaker. Gue rasa doi lebih cocok jadi Guru Bahasa Inggris daripada kerja di pusat informasi.

"Ada nomor telepon ?"
"Hmm Cil.. Pakai nomormu aja. Hpku lowbat." Gue emang lagi sial.

Setelah semua informasi clear, si mas native speaker mengumumkan dengan dua bahasa. Pertama pakai bahasa Indonesia, kedua pakai bahasa Inggris. Lagian juga mana ada yang ngerti Bahasa Inggris tanpa subtitle. Orang juga lagi sibuk shopping, nggak bakalan peduli. Berharap yang nemuin itu Bule ? Mimpi kali, itu cuma ada di ftv.

Kami berdua berlalu bagaikan kenangan, meninggalkan pusat informasi sambil bergandeng tangan. Wait....

Cilla udah panik banget, jalannya sampai nggak beraturan. Gue kesini, dia kesana. Kami berdua jalan melawan arah ditengah kerumunan orang yang berlalu lalang. Gue takut dia ilang, gue gandeng aja tangannya. Gue nggak tega kalau harus nyeret dia dengan ngejambak rambutnya. Mungkin ini cuma momen biasa. Tapi entahlah, gue merasa ada yang spesial karena suasana berubah menjadi hening. Gue adalah seorang pahlawan yang membawanya keluar dari kerumunan orang. Bagaikan Spongebob yang menuntun Patrick keluar dari kapal Flying Dutchman melalui promosi parfum. Nyesek, tapi lega kalau udah keluar.

***

Otak gue udah mendidih 180 derajat. Nggak ada jalan lain selain keluar dengan BPKB atau dompet gue ketemu. Gue pasrah, udah pasti bakalan kena semprot Orangtua. Cinta bisa merubah segalanya, apapun itu. Suka menjadi duka, atau duka menjadi suka. Gue udah salah banget, ngajak anak orang jalan sampai dia nggak les (Itu dia yang maksa), lupa nggak sholat Ashar, and finally gue nggak les juga karena masalah ini.

Overall gue nggak nyesel, gue malah tambah sayang sama dia. Aneh ? Ya that's love, that's the truth..

"Kamu nggak marah kan ?" Cilla meyakinkan gue supaya nggak marah.
"Nggak kok, emang kenapa ? Kamu kok panik banget ?"
"Iya aku takut."
"Takut kenapa ?"
"Takut kamu marah.."
"Kan aku udah bilang aku nggak marah."
"Kemarin ada temen aku dompetnya juga ilang disini." Anjir gue korban kedua.
"Terus..?"
"Iya dia marah-marah sama aku, sampai mukanya merah."

Gue meyakinkan dia supaya tenang.

"Udah.. Aku nggak marah kok. Kamu tenang aja, lagian ini salah aku juga." Gue menyentuh wajahnya, dan ngerapihin poninya."
".." Dia cuma bisa senyum.

Cilla merasa bersalah banget, karena gue nggak marah. Ini teknik kedua. Biasanya cowok emang selalu salah, tapi gue berbeda. Gue tetep cowok kok terakhir kali ngecek. Kemudian bokap gue dateng dan menyelesaikan segala perkara. Tentu dia marah banget karena gue ceroboh.

Kemudian Cilla pamit pulang karena gue minta supaya dia pulang duluan. Bokapnya malah bingung karena tumben dia minta dijemput.

"Kamu udah di rumah ?" 
"Udah kok."
"Yaudah istirahat deh, maaf ya buat hari ini."
"Oke. Goodnight (titik dua bintang)"

First date gue telah memberikan kesan yang istimewa. Yaitu tentang kepercayaan dan kenyamanan. Membuat seseorang nyaman itu sulit, tapi membuatnya bahagia dapat memberinya kenyamanan. Gue bisa melihat karakter orang yang sebenarnya melalui masalah. Bagaimana orang tersebut menghadapi masalahnya. Apakah dia sekuat itu ? Atau seorang pengecut.

Mungkin tanpa ketemu cilla gue nggak bakalan bisa kenal siapa dia, ngelupain mantan karena dompet ilang, dan menikmati hari Sabtu tanpa les yang menyiksa.

Kadang Tuhan emang suka bercanda, makanya kalau ada masalah jangan dibawa sedih. Tapi diketawain aja. - @fadhlizaky

Next Stop : PDKT Part 2, lengkap dengan Penjelasan Cara PDKT yang ampuh.